Masjid merupakan salah satu institusi keagamaan terbesar dalam
komunitas muslim. Keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Kehadiran masjid dalam satu lingkungan masyarakat setidak-tidaknya
menjadi identitas bagi keberadaan komunitas muslim di lingkungan
tersebut. Semangat masyarakat muslim untuk mendirikan masjid tidak
pernah hilang sekalipun ditengah krisis ekonomi serta himpitan akibat
naiknya BBM yang berpengaruh pada kenaikan biaya hidup masyarakat.
Pembangunan masjid tidak pernah berhenti bahkan jumlah masjid di DKI
Jakarta adalah sebanyak 2831 masjid dan 5661 mushola.
Organisasi Pemuda Remaja Masjid merupakan bagian tidak terpisah dari
keberadaan Masjid. Keberadaan OPRM melekat terhadap Masjid, karena
memang OPRM merupakan bagian tidak terpisahkan dari Organisasi Masjid
itu sendiri. Keberadaan OPRM ternyata memberikan warna tersendiri bagi
pengembangan masjid. Dan tentunya, diharapkan OPRM bisa menjadi motor
pengembangan dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat
aktivitas umat Islam umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda /
remaja.
Definisi
Istilah masjid berasal dari Bahasa Arab, diambil dari kata “Sajada,
yasjudu, sajdan”. Kata “Sajada” artinya bersujud, patuh, taat, serta
tunduk dengan penuh hormat dan ta’dzim. Untuk menunjukan suatu tempat
kata “Sajada” diubah bentuknya menjadi masjidun (Isim makan) artinya
tempat sujud menyembah Allah SWT. Dengan demikian secara etimologi arti
masjid adalah menunjuk kepada suatu tempat (bangunan) yang fungsi
utamanya adalah sebagai tempat sholat bersujud menyembah Allah SWT.
Secara terminologis, makna masjid sebagaimana dipahami dan dicontohkan
oleh Rasulullah SAW jauh lebih luas daripada sekedar tempat
sujud/sholat saja, yaitu masjid menjadi pusat kegiatan dan pembinaan
umat. Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksanakan oleh
Rasulullah SAW. Pertama pembinaan aspek ritual keagamaan seperti
pelaksanaan ibadah sholat, dzikir, membaca Al Qur’an dan lain-lain.
Aspek kedua adalah fungsi kemasyarakatan, seperti menjalin hubungan
silaturahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian, pembinaan
kreatifitas remaja, pendidikan, olah raga dan lain-lain.
Dari pengembangan kedua aspek itu, kemudian fungsi masjid berkembang
menjadi pusat peradaban Islam. Dari masjid lahir gagasan-gagasan yang
cemerlang, baik bagi pembinaan individual, keluarga dan pembinaaan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Dari masjid lahir pula berbagai konsep
dan strategi dakwah Islam, pengembangan kesejahteraan, sampai konsep
dan strategi perang. Dengan demikian masjid memiliki peran dan fungsi
yang sangat penting dan strategis, terutama dalam kerangka pembinaan
umat.
Pemuda dan Masjid
Kerusakan mental & spriritual masyarakat, khususnya pemuda generasi
penerus bangsa, sangat memprihatinkan penulis. Hal tersebut dapat
dilihat dari maraknya kasus penyalahgunaan narkoba, seks bebas yang
berujung pada aborsi, serta penyebaran HIV AIDS yang sangat marak di
usia remaja / pemuda. Belum lagi sikap mental malas, inferior dari
bangsa lain, tidak mau bekerja keras, ingin serba instant dan hal-hal
lain yang menyebabkan bangsa ini akan menjadi bangsa yang punah di muka
bumi ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Pemuda menjadi kunci dalam
kehidupan bangsa ini. Selain itu, melihat komposisi jumlah penduduk
Indonesia, maka komposisi pemuda merupakan jumlah terbesar dari
penduduk Indonesia, yaitu sebesar 37% dari total Penduduk Indonesia
yang 220 juta[1]. Menurut KEMENEGPORA, seseorang dikategorikan Pemuda
jika berumur antara 15 – 35 tahun.
Berangkat dari kondisi diatas, maka masjid sebagai sentral pengembangan
dan pemberdayaan mengambil satu peran penting yaitu mengembangan
sayap dakwah dengan target pemuda dan remaja. Remaja masjid merupakan
salah satu dari beberapa stake holder dari sebuah organisasi mesjid.
Pengurus mesjid, disadari atau tidak, ternyata membutuhkan peran
remaja masjid dalam setiap langkah dan gerak aktivitasnya. Remaja
masjid mampu memberikan sentuhan yang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya yang tengah dalam proses pencarian jati diri,
cenderung labil dan memiliki semangat yang meluap ingin menonjolkan
jati dirinya.
Organisasi Remaja masjid merupakan pilihan positif dalam rangka
pembinaan remaja, karena tanpa mengurangi ciri khas remaja untuk
berkreasi dan berkarya, organisasi remaja masjid memberikan wadah yang
positif yaitu kreatifitas dengan tetap menjunjung nilai-nilai agama
sebagai penggerak semua aktivitas tersebut.
Definisi remaja masjid menurut RISKA (2005) adalah kumpulan dari remaja
yang beraktivitas di masjid dalam rangka memberikan kontribusi secara
langsung maupun tidak langsung bagi keberlangsungan dakwah di mesjid
dan atau di masyarakat. Visi Remaja/Pemuda Masjid menurut Satria hadi
lubis (2005) yaitu mengajarkan manusia kepada Allah, sehingga manusia
khususnya remaja/pemuda, berpindah dari kegelapan jahiliyah menuju
cahaya Islam. Sedangkan misi dari remaja masjid adalah Berdakwah dengan
hikmah dan pelajaran yang baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam.
Masih menurut Satria Hadi Lubis, tujuan utama dari sebuah organisasi
remaja masjid secara umum adalah memakmurkan mesjid dengan
kegiatan-kegiatan dan memberikan wadah untuk remaja sekitar mesjid dalam
rangka menyalurkan daya kreatifitas mereka.
Potensi & Hambatan
Remaja Masjid mempunyai potensi dalam pengembangan pemuda di Indonesia. Adapun potensi Remaja Masjis sebagai agen perubah karena
1. jumlah pemuda Islam merupakan komponen terbesar dari masyarakat.
2. usia pemuda merupakan usia produktif dengan idealisme serta kekuatannya.
3. pemuda adalah generasi penerus dengan pengetahuan terkini.
Potensi yang ada ini, ternyata tidak serta merta memudahkan OPRM dalam
melaksanakan misinya. Banyak kendala serta hambatan yang membatasi
gerak dari organisasi pemuda yang berbasis masjid.
Dalam pelaksanaan organisasi Pemuda / Remaja Masjid tidak berjalan
dengan mudah dan mulus, banyak hambatan serta tantangan. Menurut Satria
Hadi Lubis (2005), 3 hal yang memerlukan pemikiran serius untuk
membuat strategi adalah
1. Keuangan
2. SDM
3. Humas & Pemasaran
Humas / PR Bagi OPRM
Dalam sebuah organisasi nir laba seperti organisasi Pemuda/Remaja
Masjid, image menjadi sebuah asset penting. Visi & Misi yang dibawa
organisasi akan mudah dicapai ketika OPRM mempunyai image ataupun
nama baik. Nama baik / image ternyata tidak mudah untuk diperoleh. Hal
tersebut membutuhkan kerja keras serta profesionalisme walaupun hanya
organisasi nir laba. Terkait dengan mutu kegiatan, kader serta sumber
daya manusia yang bagus, serta sistem informasi yang transparan, dan
juga akuntabilitas dari organisasi menjadi indikator sebuah organisasi
bisa mendapatkan image yang bagus atau tidak. Untuk itu, penulis akan
memberikan gambaran mengenai kehumasan serta public relations yang
menjadi salah satu komponen utama untuk mengelola sumber daya yang tidak
berwujud / image.
PR menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang
bersifat komersial maupun yang non komersial. Kehadirannya tidak bisa
dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Anda tidak bisa
memutuskan untuk menghadirkan atau sebaliknya meniadakan PR.
Sebenarnya, PR terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara
antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin
kontak dengannya. Setiap orang pada dasarnya juga selalu mengalami PR,
kecuali jika ia terisolasi dan tidak menjalin kontak dengan manusia
lainnya.
Menurut Cutlip (2007:6), yang penulis kutip dari Apriliana, dkk (2008),
public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi
dengan public yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi
tersebut. Sedangkan menurut British Institute of Public Relations, PR
merupakan upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk
menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dan
publiknya. Random House Dictionary mendefinisikan PR sebagai seni
(Art), teknik, atau profesi untuk meningkatkan goodwill antara sebuah
organisasi dengan publiknya, pekerjanya atau pelanggannya.
Public Relation adalah suatu proses yang kontinyu dari usaha manajemen
untuk memperoleh good will dan pengertian dari publik pada umumnya,
termasuk stake holder internal (pengurus OPRM). Kedalam mengadakan
perbaikan dan pembenahan melalui corporate culture building (membangun
budaya lembaga) berbentuk disiplin, motivasi, peningkatan pelayanan
dan produktivitas kerja yang diharapkan untuk terciptanya sense of
belonging terhadap lembaga. Sedangkan keluar berupaya menciptakan
kepercayaan dan citra lembaga (corporate image) yang sekaligus
memayungi dan mempertahankan citra produknya.
Aktivitas Public Relation
Aktivitas public relation sehari-hari adalah menyelenggarakan
komunikasi timbal balik antara OPRM dengan stakeholdernya seperti
Pengurus Masjid, Pemerintah, organisasi kepemudaan lainnya, sponsor,
media dan juga donator. Komunikasi timbal balik ini bertujuan untuk
menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu
tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan, dsb. Hal tersebut akan berdampak
bagi kemajuan OPRM atau citra positif OPRM yang bersangkutan. Jadi
kegiatan public relation tersebut sangat erat kaitannya dengan
pembentukan opini public dan perubahan sikap dari masyarakat.
Dari segi inilah, OPRM mengejawantah misi al’amru wa nahyul munkar-nya.
Hal tersebut sekaligus menjadi landasan OPRM untuk sebagaimana fungsi
PR umumnya menunjukan kekuatannya dalam membentuk opini publik atau
kita sebut dakwah. Adapun proyek kerja Public Relation Officer (PRO),
tidak terlepas dari pengabdiannya demi kepentingan umum atau dalam
bahasa dakwah untuk kepentingan umat. Pekerjaan utama (inti) dari PR
sebenarnya adalah Human Relation (HR) yang bukan hanya sekedar hubungan
antar manusia. Tetapi lebih bersifat interaksi antara seseorang
dengan orang lain, memperhatikan orang lain, bersikap ramah dan jujur.
Jika setiap PRO mempunyai Human Relation mempunyai tujuan yang baik
yang mencerminkan sikap tersebut, dijamin akan membuat orang lain yang
dihadapinya senang dan puas. Hal ini akan memelihara dan meningkatkan
citra Lembaga yang diwakilinya.
Kesimpulan
Saat ini, banyak OPRM mempunyai kecenderungan yaitu kurang menaruh
perhatian dalam hal kehumasan / Public Relations, karena OPRM cenderung
focus pada program kerja, kaderisasi serta pendanaan. Namun
keberhasilan OPRM dalam berdakwah sangat didukung nama baik serta image
yang terbentuk, yang notabene merupakan hasil terukur dari strategi
kehumasan / PR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar